Selasa, 15 Desember 2015

TEMAN TERKADANG MEMBINGUNGKAN

Miris  melihatnya, dulunya  mereka  menyatu bagaikan bunga dan kumbang, dimana ada bunga disitu ada kumbang berlalu lalang. Seiring berputarnya waktu bungapun semakin layu hingga kumbang-kumbang bepergian lalu meninggalkannya yang kemudian mencari bunga yang  lebih  segar  untuk ia hinggapi, lalu pertanyaannya bagaimanakah cara yang harus dilakukan agar kumbang tak menajuh dari kehidupan sibunga yang layu...? jawabannya sangat sederhana yaitu dengan memberikan pemahaman  pada sikumbang bahwa penyebab layunya sibunga tersebut karena terus-menerus dikuras sarinya oleh sikumbang. Jangan tertawa, ini bukan lelucon. Namun  sikumbang  tak  mau  menerima penjelasan apapun karena ia merasa lebih hebat dan mampu menemukan banyak bunga lain,.
Dulunya sejalan sekarang tak lagi sama, ibarat sebuah gelas kaca yang terjatuh lalu kemudian  hancur. Sekuat apapun cara kita menyatukan pecahan gelas tersebut tak akan kokoh seperti sedia kala. Meskipun dari kejauhan  nampak  menyatu tapi jika dilihat dari kasat mata akan nampak bekas pecahan tersebut. Sungguh kasihan melihatnya, lalu siapakah yang akan membuat gelas itu kembali kokoh. Sangat mustahil, mungkin gelas itu hanya bisa bersabar dan membiarkan tubuhnya terpisah dalam beberapa bahagian.
Dua perumpamaan diatas sangat urgen dengan kehidupan yang aku jajaki saat ini, hanya kesedihan yang berlarut  jika memutar kenangan masa lalu yang begitu indah yang kemudian berubah pahit yang tak brujung manis. Terlalu banyak yang memasuki kehidupan mereka sehingga tak lagi sadar akan orang terdekat disekelilingnya, siapa yang harus disalahkan atas semua ini…?
Akupun  tak  paham  atas  apa  yang  terjadi  pada  hidupku, sikapku selalu baik dan terbuka, tapi kenapa mereka begitu bungkam untuk mengungkapkan yang sebenarnya, bahkan aku merasa terasingkan diantara orang terdekatku, sungguh perih luka hati ini, kadang mereka menghampiri itupun jika ada kepentingan setelah itu berlalu bagai angina malam.
Tahukah anda bahwa perbedaan  itu indah, perbedaan itu adalah rahmat, jangan karena perbedaan kalian mematahkan bingkai persahabatan yang begitu indah, sangat disayangkan, semakin dewasa semakin jauh jarak diantara kita, bahkan mereka tak mau lagi mendengar keluh kesah ini, terlebih lagi dengan sikap kepura-puraan (baik ) yang mereka miliki sungguh aku sangat membencinya, seharusnya kita saling mendukung karir masing-masing bukan saling menjatuhkan, seolah-olah apa yang aku pilih sangatlah buruk sehingga penilaian mereka terhadapku juga begitu buruk.
Hanya bisa merenungi apa yang telah terjadi, karena hembusan angin yang telah berlalu tak akan pernah bertiup kembali kearahku, menyesal pun tiada guna, maaf bahkan tak punyai nilai dimatanya. Hanya tulisan ini yang menjadi saksi betapa pedihnya kisah persahabatan yang aku alami, tak ada lagi ruang dan waktu untuk duduk bersama, seburuk apapun seseorang tapi dia masih mempunyai sedikit kebaikan pada dirinya ( jika orang yang menyikapinya dewasa). Harus kemanakah hati ini melangkah agar taka da lagi luka baru yang menyelimuti kehidupan ini, hanya muka yang bertatap namun tak ada gurau, bukan pula bisu melainkan mengunci bibir untuk tak berucap, memalinkan muka untuk memberikan senyuman, menyembunyikan tangan agar tak berjabat, dosa apakah ini Tuhan, sampai kapankah pahit ini kan kutelan, adakah harapan baru untuk merasakan manis yang telah sirna…?
Ingatlah kawan dunia ini hanyalah sementara,kita hanya dititipkan untuk mencari kebaikan, menjalin silaturahim antar sesama, jangan pernah kalian nodai kehidupan yang singkat ini dengan ego yang kalian miliki, saat semua tak lagi sama, matahari pun kelak tak mampu memcarkan sinar kebahagiaan dibumi, andai waktu bisa terulang tak akan pernah terjadi kisah ini, mengapa aku terlahir jika untuk disakiti, dikhianati, bahkan tak dianggap.
Walaupun hanya sesaat, kehadiranmu dihidupku sangat berkesan, tapi sayang, kita tidak berjodoh. Aku sungguh tidak menyangka, lebih baik aku di sakiti dengan kejujuran dari pada harus di bahagiakan dengan kebohongan. Bersyukur merupakan cara yang paling tepat untuk mengurangi rasa serakah di dalam diri. Jangan pernah ragu untuk memaafkan seseorang. Menolak permintaan maaf sama buruknya dengan melukai seseorang.
Hati-hati bermain dengan hati, karena jika seseorang terlanjur sakit hati. Maka akan sulit untuk memaafkan kembali. Berburuk sangka merupakan penyakit alami. Namun bukan berarti itu tidak bisa diobati. Berpikir positif adalah cara terbaik untuk menenangkan diri. Berbicara dengan sopan merupakan cara terbaik untuk menunjukkan kualitas diri. Orang yang memiliki karakter baik tidak akan terbuai oleh emosi. Jika seseorang memandang rendah diri kita, berikan alasan bahwa mereka salah menilai.

Aku selalu berusaha untuk ada disaat kamu membutuhkan, begitulah diriku yang sebenarnya, yang ingin melihatmu selalu bahagia. Aku tidak memiliki kesempurnaan seperti orang lain, tapi aku punya satu hati yang selalu setia padamu. Mungkin ini saatnya aku harus rela melepaskan apa yang bukan milikku, dan aku pasrahkan semua ini pada Tuhan yang maha kuasa. Motivasi hidupku adalah, hidup hanya sekali, mati sekali dan cintapun juga sekali. Tidak ada kata lelah buat ku untuk tetap bertahan denganmu, yang ada hanyalah perasaan gundah tentang kesetiaanmu padaku.
Hal teramat pahit yang aku rasa adalah, Walaupun tersakit, aku terus bertahan denganmu, tapi aku juga tidak mampu hidup tanpa dirimu. Dulu aku selalu berharap hubungan kita berakhir dengan bahagia, walaupun berpisah bukan karena orang ke tiga atau karena kita berbeda. Tapi karena waktu dimana aku tidak lagi bisa bernafas dan berdiri tegak untukmu. Aku harap kamu jangan pernah menjanjikan sesuatu pada ku, bila kamu sendiri belum bisa pasti untuk menepatinya.
Jika suatu saat nanti kita berpisah, aku akan rela, tapi ada satu pintaku, jangan pernah melupakan aku yang dulu pernah mengisi relung hatimu. Jika suatu saat aku berkata, aku tidak membutuhkanmu lagi. Mungkin saat itulah hembusan nafasku telah terhenti dan tubuhku hanya bisa terkaku dalam balutan kafan yang kemudian tertimbun dalam tanah dan mempertanggung jawabkan apa yang telah aku lakukan sesame hidup didunia.
BERSAMBUNG…..!!!!


Sabtu, 05 Desember 2015

‘’MEET UNTIL ENDING (fiksi)’’


Dingin yang merapuhkan tulang terdalam, mengingatkanku suka duka yang telah kita lewati berdua, hembusan angina seakan menghempas kenangan masa lalu. Waktu begitu cepatnya berlalu, semakin mekar mawar ditaman, semakin pula senyummu merekah, namun dikala api telah padam lalu kau menghilang tak tahu arah, kemanakah hati ini melangkah agar aku dapat menerka cinta yang baru.
Andai aku bias memutar waktu, akan kunikmati detik demi detik untuk melukis senyum kebahagiaan dipipimu. Saat jemari telah mongering hanya mampu ku bercakap dalam hati agar batin dapat merasuk sukmamu lalu membisikkan sungguh aku sangat menyayangimu.
Jarak yang begitu dekat seakan menjauhkan kedua hati, jalan yang berliku telah aku jajaki namun tak setitikpun arahmu dijumpai oleh mata, mungkingkah kau terus berjalan sehingga tak ada niatmu untuk mengajakku bersamamu? Saat kutuliskan pena diatas kertas, saat itu pula tetesan air mata berlinangan lalu membasahi kertas itu kemudian menghapus tulisan kesedihan didalamnya, namun hati tak mampu menutupi akan kesakitan ini.

Akankaah kau kembali saat bibir tak mampu berucap, mata tak mampu melihat kebahagiaan baru dihidupmu karena jasadku telah terbujur kaku tak mampu bergurau, hanya satu pintaku balutlah tubuh kaku ini dengan kain kafan, kecup keningku untuk yang pertama dan terakhir kalinya meski aku tak merasakannya, jangan tangisi aku, tapi tangisilah kebodohan masa lalu agar hari esok kau tak melakukan kebodohan yang lebih banyak disisa usiamu yang semakin senja, ikhlaskanlah kepergainku dengan senyuman. Jangan terlarut dalam duka, aku yakin suatu saat nanti kita akan dipertemukan di syurga yang begitu indah setelah kau menyusulku di akhirat…….

‘’KESETIAAN DALAM PENANTIAN (FIKSI)’’


Untuk malam ini jiwa dan raga belum dapat bersekutu sehingga hati harus bersabar dan bersabar menantikan hujan deras yang akan memadamkan bara kerinduan dalam hati,
Airmata kembali menyapaku, ketika pena mulai menuliskan sajak tentang rindu akan hadirmu,
Seketika aku ingin meredupkan cahaya mentari yang menyinari ruangmu, agar kau dapat mengerti perasaanku dikala kau meninggalkanku,
Sakit adalah pelanggang setia yang mampu menemani dikala hati muak akan kerinduan ini,
Senyumummu begitu memesona dari langit ketuju, kau pancarkan sinar yang disebut cinta,
Jika hadirmu pun sesaat, biarkan aku melukis senyum kebahagiaan dipipimu walaupun itu sesaat,
Kupeluk sunyi dalam keramaian, segaris lirik pada lagu, hanya mampu terpaku diujung sudut menanti rindu yang tak tertahankan,
Hatipun tak mampu menerka untuk cinta yang baru,
Setia itu penantian, hati yang terlanjur luka tak mampu terobati, aku dan kamu berlalu bagai angin, lalu kita menjadi sekian,
Tuhan pisahkanlah ruh dari jasad ini, agar tak terlihat tetesan air mata kesedihan, aku muak melihatnya bangga akan dirinya, yang kemudian tak mampu mengenal-Mu
Bumipun turut menangis ketika penantian ini disia-siakan,
Bantu aku membenci waktu, karena disaat bersamaan aku teringat olehn-Ya dan melupakan-Mu.
Jika hati yang kumiliki tak setegar karang, mungkin kesetiaan, penantian, bahkan rasa sayang yang aku miliki akan pupus,
Sajak kerinduan terus berlalu, namun penantian ini tak akan bisa tergoyahkan sampai aku betul-betul sadar, setelah tetesan air mata kering dengan sendirinya dan disaat jasadku terbujur kaku.