Rabu, 06 Januari 2016

LAPORAN PRAKTIKUMKU

LAPORAN PRAKTIKUM I MIKRO



LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK (LKSA)
AL-IMRAN KABUPATEN GOWA





OLEH:
NAMA              : IRSAN SUANDI
NIM                   : 50300113005
KELAS             : KESSOS A
KELOMPOK  : II (DUA)








KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2015
HALAMAN PENGESAHAN
PRAKTIKUM 1 MIKRO

                 Praktikum 1 Mikro  telah dilaksanakan oleh:
Nama                      : Irsan Suandi
Nim                         : 50300113005
Jurusan                    : PMI Konsentrasi Kesejahteraan Sosial
Kelas                       : Kessos A
Hari/Tanggal           : Senin-Rabu/9 September-23 Desember 2015
Dinyatakan Sah  Laporan Praktikum 1 Mikro,Jurusan PMI Konsentrasi Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.


                                                                        Samata-Gowa, 23 Desember 2015

Dosen Pembimbing                                                                     Mahasiswa             
                                                                                                            
Drs. Abd.Rahman Wahab                                                      Irsan Suandi
                                                                                                   NIM. 50300113018



Mengetahui,
Ketua Jurusan PMI Konsentrasi Kesejahteraan Sosial



                                                Dra. St.Aisyah BM,. M.Sos.I
                                                NIP. 19650223 199303201


KATA PENGANTAR
 


          Segala puji atas kebesaran Sang Khalik yang telah menciptakan alam semesta dalam suatu keteraturan hingga dari lisan terpetik berjuta rasa syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga Penyusun diberikan kekuatan dan kesempatan menyelesaikan laporan Praktikum 1 Mikro terlaksana dengan baik.
          Shalawat dan Salam senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang diutus ke permukaan bumi ini menuntun manusia dari lembah kebiadaban menuju ke puncak peradaban sekarang ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya, dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari tantangan dan hambatan. Namun, berkat kerja keras dan motivasi dari pihak-pihak langsung maupun tidak langsung yang memperlancar jalannnya penyusunan laporan ini. Olehnya itu, secara mendalam Penyusun menyampaikan banyak terima kasih atas bantuan sehingga Penyusun dapat menyelesaikan Laporan ini.
Secara istimewa, penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus, ikhlas dan suci kepada:
1.      Bapak Drs.Abdul Rahman Wahab sebagai dosen penanggung jawab mata kuliah dan praktikum.
2.      Bapak/Ibu Pembina LKSA Al-Imran
3.      Saudara saudara binaan LKSA Al-Imran yang senantiasa menjadi tuan rumah selama kegiatan praktikum.
4.      Rekan-rekan Praktikum 1 Mikro mahasiswa Jurusan Kesejahteraan Sosial UIN Alauddin Makassar Angkatan 2013.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati Penyusun menyadari bahwa hanya kepadaNyalah kami menyerahkan segalanya. Semoga kita semua mendapat curahan rahmat dan ridho dari-Nya, Amin.                                                         
Makassar, 20 Desember 2015
Penyusun,

Irsan Suandi
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Sebagaimana dinyatakan Johnson dan Schwartz (1991) ada tiga bidang keterampilan yang harus dikuasai oleh social worker, yaitu: (1) interpersonal helping skills, (2) social worker process skill, dan (3) evaluation and accountability skill, kelemahan pada keterampilan tersebut akan berpengaruh pada penguasaan bidang praktik social worker yang lebih luas seperti praktik pengembangan masyarakat praktik manajemen organisasi pelayanan. Dalam kenyataannya, praktik pengembangan masyarakat dan manajemen organisasi pelayanan juga membutuhkan keterampilan-keterampilan mikro (focus pada individu dan kelompok), yaitu kemampuan untuk menangkap dan mengkaji masalah, kemampuan mendengarkan, mengamati, bernegosiasi dan keterampilan social mikro lainnya yang diupergunakan dalam rangka melakukan perubahan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
            Keuntungan yang dapat diperoleh dari penguasaan keterampilan social pada tingkat mikro bagi mahasiswa tidak hanya membantu pemecahan persoalan pada level tersebut tetapi juga memberikan efek positif pada aktivitas-aktivitas pada level makro yaitu pengembangan masyarakat dan manajemen pelayanan. Berdasarkan uraian tersebut maka praktikum mikro mutlak dibutuhkan dalam rangka membekali mahasiswa dengan berbagai keterampilan pada level tersebut.
B.  Tujuan
1.    Tujuan Umum
a.    Mahasiswa mampu untuk bersikap professional sesuai dengan prinsip-prinsip praktik dan nilai-nilai social work dalam menilai, merancang dan memecahkan persoalan-persoalan disfungsi social pada level individu.
b.    Mahasiswa mampu menentukan pengetahuan, pendekatan, teknik dan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pelayanan kepada klien perseorangan dan kelompok
c.    Mahasiswa mampu mengembangkan dan memadukan secara kreatif sikap, pengetahuan dan keterampilan dalam praktik mikro.
2.    Tujuan Khusus
a.    Mahasiswa mampu menerapkan keterampilan-keterampilan kmonukasi dan mendengarkan, diantaranya mendengarkan secara aktif, mengamati dan terlibat secara aktif baik verbal, dalam setting individu.
b.    Mahasiswa mampu menerapkan keterampilan hubungan pertolongan, menyadari untuk memanfaatkan kemampuan diri, termasuk menerapkan sikap dan nilai kejujuran, keterbukaan, kepercayaan, kehormatan, kerahasiaan, serta sikap tidak menilai (non judgemental) yang akan mendukung kemantapan hubungan pertolongan.
c.    Mahasiswa mampu melakukan Keterampilan wawancara-konseling dasar diantaranya: leading, reflecting, paraphrasing, confronting, summarizing, klarifikasi, interpretasi, informing, serta berbagai metode dan teknik terapi atau pengembangan diri lain yang sudah dipelajari di ruang kelas.
d.   Keterampilan evaluasi dan akuntabilitas, sejak kontak awal, selama proses pertolongan, hingga terminasi pelayanan diantaranya melakukan berbagai keterampilan pencatatan dan pelaporan dalam praktik mikro (individu).
e.    Mahasiswa mampu menerapkan berbagai keterampilan social (social skill) dalam rangka membantu, mengarahkan dan mengembangkan hubungan social yang fungsional dalam kelompok.
C.  Objek (Sasaran)
       Objek praktikum ini adalah individu atau kelompok. Kelompok yang dimaksud adalah berbagai jenis kelompok yang ada dalam masyarakat dalam rangka pengembangan dan penyembuhan  individu merupakan objek dari praktikum ini. Berbagai jenis kelompok tersebut antara lain: kelompok pendidikan, kelompok sosialisasi, kelompok rekreasi dan pengembangan keterampilan, kelompok pemecahan masalah dan pembuatan keputusan, kelompok terapis, kelompok sensitivitas dan timbal balik, dan kelompok keswadayaan.
       Intinya adalah semua jenis kelompok yang menjadi media perubahan perilaku individu atau yang dimanfaatkan dalam rangka peningkatan atau perbaikan perilaku individu. Keberadaan jenis-jenis kelompok dapat berada dalam masyarakat, setting suatu organisasi pelayanan social atau bentuk orgnasisasi social lainnya.
D.  Model Praktikum
       Kegiatan praktikum ini menggunakan model concurrent placement artinya praktikan tidak harus menerus tinggal dan berada di lapangan atau lokasi praktikum, namun diatur berdasarkan kesepakatan antara klien atau pihak-pihak di lokasi praktikum dengan para praktikan.
E.  Lokasi dan Waktu
       Lokasi praktikum ini diawali di dalam kampus (indoor) yaitu praktikan mengikuti pembekalan praktikum dan luar kampus (outdoor, yakni praktikan melakukan praktik. Adapun lamanya waktu praktikum adalah dua bulan,kegiatan praktikum di Laksanakan di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak ( LKSA) AL-IMRAN atau Panti Asuhan AL-Imran Paccinongan yang terletak di Jalan Datuk Baru Kelurahan Paccinongan Kecamatan Sombaopu Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan yang mudah dijangkau oleh mahasiwa dengan metode concurrent placement. Praktikan berada di lapangan dalam 3 (tiga) hari jam kerja dalam seminggu, selama 2 (dua) bulan sehingga praktikan berada di lokasi praktikum sekitar 30 hari jam kerja, dengan 1 kali case conference/bimbingan bersama dengan supervisor praktikum dalam seminggu.
F.  Sifat Penugasan
       Sifat penugasan adalah perorangan. Tugas setiap praktikan adalah melakukan proses intervensi pada klien individu saja. Kemudian setiap individu praktikan membuat catatan sesuai dengan besaran kliennya yaitu catatan kasus (case record) jika memilih klien individu.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS     
A.  Tinjauan Tentang Anak
            Anak (jamak: anak-anak) adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan kedua, di mana kata "anak" merujuk pada lawan dari orang tua, orang dewasa adalah anak dari orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa.
            Menurut psikologi, anak adalah periode pekembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah, kemudian berkembang setara dengan tahun tahun sekolah dasar.
            Berdasarkan UU Peradilan Anak. Anak dalam UU No.3 tahun 1997 tercantum dalam pasal 1 ayat (2) yang berbunyi: “ Anak adalah orang dalam perkara anak nakal yang telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 tahun (delapan belas) tahun dan belum pernah menikah .Walaupun begitu istilah ini juga sering merujuk pada perkembangan mental seseorang, walaupun usianya secara biologis dan kronologis seseorang sudah termasuk dewasa namun apabila perkembangan mentalnya ataukah urutan umurnya maka seseorang dapat saja diasosiasikan dengan istilah "anak".
Merujuk dari Kamus Umum Bahasa Indonesia mengenai pengertian anak secara etimologis diartikan dengan manusia yang masih kecil ataupun manusia yang belum dewasa.
Anak terlantar adalah anak yang karena suatu sebab orang tuanya melalaikan dan atau tidak mampu melaksanakan kewajibannya sehingga kebutuhan anak baik jasmani, rohani maupun sosialnya tidak terpenuhi.
Anak terlantar adalah anak yang berusia 5-18 tahun yang karena sebab tertentu (karena beberapa kemungkinan: kemiskinan, salah seorang dari orang tua/wali sakit, salah seorang/kedua orang tua/wali pengasuh meninggal,keluarga tidak harmonis, tidak ada pengasuh)sehingga tidak dapat terpenuhinya kebutuhan dasar dengan wajar baik jasmani, rohani , maupun sosial.
Anak Terlantar adalah anak karena suatu sebab orangtuanya melalaikan kewajibannya sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi dengan wajar baik secara rohani, jasmani dan sosial yang dimaksud anak terlantar adalah anak yang tinggal dalam keluarga miskin usia sampai dengan 18 tahun.
B.  Tanggung Jawab Orangtua Terhadap Anak
            Mengenai pengertian orang tua dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan “Orang tua artinya ayah dan ibu.“ (Poerwadarmita, 1987: 688).
            Sedangkan dalam penggunaan bahasa Arab istilah orang tua dikenal dengan sebutan Al-walid pengertian tersebut dapat dilihat dalam Alquran surat Lukman ayat 14 yang berbunyi.
            Artinya: “Dan kami perintahkan kepada manusia (Berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambahdan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Q.S. Lukman ayat 14)
            Banyak dari kalangan para ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang pengertian orang tua, yaitu menurut Miami yang dikutip oleh Kartini Kartono, dikemukakan “Orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya.“ (Kartono, 1982 : 27).
            Maksud dari pendapat di atas, yaitu apabila seorang laki-laki dan seorang perempuan telah bersatu dalam ikatan tali pernikahan yang sah maka mereka harus siap dalam menjalani kehidupan berumah tangga salah satunya adalah dituntut untuk dapat berpikir seta begerak untuk jauh kedepan, karena orang yang berumah tangga akan diberikan amanah yang harus dilaksanakan dengan baik dan benar, amanah tersebut adalah mengurus serta membina anak-anak mereka, baik dari segi jasmani maupun rohani. Karena orang tualah yang menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya.
            Setiap orang tua dalam menjalani kehidupan berumah tangga tentunya memiliki tugas dan peran yang sangat penting, ada pun tugas dan peran orang tua terhadap anaknya dapat dikemukakan sebagai berikut. (1). Melahirkan, (2). Mengasuh, (3). Membesarkan, (4). Mengarahkan menuju kepada kedewasaan serta menanamkan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku. Disamping itu juga harus mampu mengembangkan potensi yang ada pada diri anak, memberi teladan dan mampu mengembangkan pertumbuhan pribadi dengan penuh tanggung jawab dan penuh kasih sayang. Anak-anak yang tumbuh dengan berbagai bakat dan kecenderungan masing-masing adalah karunia yang sangat berharga, yang digambarkan sebagai perhiasan dunia. Sebagaimana Firman Allah Swt dalam Alquran surat Al-Kahfi ayat 46.
                                                                                     



















BAB III
PEMBAHASAN
A.  Selayang Pandang Tentang LKSA Al-Imran
          Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)  Al-Imran Jalan Dato Baru Kelurahan Paccinongan didirikan pada 1 Mei 2009 oleh  Bapak Muhammad Rizal . Panti ini  bertujuan sebagai pusat pelayanan sosial terhadap anak Yatim, terlantar dan Kurang mampu. Panti Asuhan ini di huni oleh 30 anak.  Awal mula panti ini didirikan dilatar belakangi oleh bapak  pendiri yayasan wahyu  mandiri yang terletak dikecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. Disana beliau mendapati begitu banyak permasalahan sosial dan salah satunnya adalah anak terlantar.
          Kondisi ini merupakan pemacu untuk membuat panti. Apalagi sejak dulu memang sudah sering membina anak-anak  yang  kurang mampu. Panti Asuhan Al-Imran  terletak di Jalan Dato Baru Kelurahan paccinongang Kecamatan somba Opu.
B.  Sarana dan Prasarana
Sarana yang dimiliki oleh panti Asuhan Al-Imran  antara lain :
1.    Kamar Tidur kapasitas 2 orang (4 kamar).
2.    Tempat Tidur 8 buah
3.    Lemari  5 buah
4.    Kamar Mandi 2 buah
5.    Kursi Tamu/Sofa 1 Set
6.    Meja Makan Kayu 1 set
7.    Dispenser
8.    Kipas Angin Gantung dan Stand
9.    TV LCD Berwarna 14 inchi.

C.  Pelayanan Yang Diberikan
1.    Layanan Fisik :
Tempat tinggal (asrama); Layanan makan dan makanan tambahan;layanan pemberian pakaian.
2.    Layanan Psikologi
pendampingan kegiatan sehari-hari
3.    Layanan Mental Spiritual
Bimbingan rohani;ceramah, shalat berjamaah ,pengajian membaca Al Qur'an .
4.    Layanan Sosial dan Rekreasi
Keterampilan;hiburan; rekreasi
5.    Layanan Kesehatan
Pemeriksaan Kesehatan;perawatan kesehatan;bimbingan fisik
6.    Layanan Pendidikan
7.    Setiap anak dipanti  Asuhan Al-Imran wajib mengikuti pendidikan dasar 12 tahun.















BAB IV
PROSES PENANGANAN KASUS
Berdasarkan hasil assessment awal maka ‘’za’’ menjadi salah satu klien praktikan di dalam proses intervensi pekerjaan social pada kegiatan Praktikum Program Studi PMI Konsentrasi  Kesejahteraan Sosial Strata Satu UIN Alauddin Makassar angkatan 2013. Klien ‘’za’’ adalah salah satu anak yang diterlantarkan oleh kedua orangtuanya yang diakibatkan karena perceraian keduanya.
A.  Hasil Assesment
Berdasarkan hasil assessment praktikan lakukan, maka diperoleh data klien sebagai berikut.
Identitas Klien ‘’za’’
Nama                        :    Zahroni Mukarrim
Jenis kelamin            :    Laki-Laki
Umur                        :    12 Tahun
Keadaan Fisik          :    Baik
Pendidikan               :    SD Kelas VI
Pekerjaan                  :    Belum/Tidak Bekerja
Status Perkawinan   :    Belum Kawin
Agama                      :    Islam
Anak ke dari            :    1 dari 3 Bersaudara
Alamat                     :    Umapura Propinsi Nusa Tenggara Timur
Identitas Orangtua Klien ‘’za’’
Bapak
Nama                        :    Mustafa
Jenis Kelamin           :    Laki-Laki
Umur                        :    45 Tahun
Pendidikan               :    Tamat SD
Pekerjaan                  :    Nelayan
Status perkawina      :    Kawin
Agama                      :    Islam
Jumlah anak             :    3 orang
Alamat                     :    Umapura

Ibu
Nama                        :    Ramsia Sarimin
Jenis Kelamin           :    Perempuan
Umur                        :    35 Tahun
Pendidikan               :    Tamat SD
Pekerjaan                  :    TKW
Status perkawina      :    Kawin
Agama                      :    Islam
Jumlah anak             :    3 orang
Alamat                     :    Umapura

B.  Latar Belakang Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi oleh zahroni mukarrim adalah sebuah kejadian yang menyayat hati ketika ia masih berumur satu bulan kedua orangtuanya terus menerus bertengkar dikarenakan tidak mampu mengurus kehidupan anakanya dan  pada akhirnya keduanya memutuskan untuk bercerai, kala itu klien ‘’za’’ hidup dengan bapak dan kakeknya karena ibunya memutuskan untuk pergi dari Umapura dan menjadi TKW di Singapura dan tak pernah lagi menampakkan wajahnya kepada klien ‘’za’’ seiring berjalannya waktu, pada suatu hari ayahanda klien ‘’za’’ memutuskan untuk menikah lagi yang kemudian setelah pernikahannya pergi meninggalkan anak-anaknya.
Saat kakek klien ‘’za’’ mulai sakit-sakitan, dan saat umur klien ‘’za’’ menginjak masa remaja yaitu 11 tahun beliau memutuskan untuk mengantarkan klien ‘’za’’ ke Makassar lalu menitipkannya pada LKSA Al-Imran lalu kembali kekampung halamannya yaitu di Umapura dan sampai saat ini klien ‘’za’’ tak pernah mendapat kabar baik dari kakek maupun dari kedua orangtuanya yang telah bercerai.

C.  Gejala Masalah
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan terhadap klien “za” maka gejala-gejala masalah yang dapat dapat disimpulkan adalah :
1)   Emosi klien kadang tidak stabil ketika praktikan  melakukan  wawancara yang terlihat dari cara menjawab klien yang kadang meledak-ledak saat ditanya mengenai keadaan keluarganya dikampung dan gerakan tangan yang menepuk-nepuk pahanya sendiri atau kursi
2)   Klien memunculkan ekspresi sedih ketika mengingat ayah, ibu, dan kakeknya.
3)   Klien tidak pernah dijenguk oleh keluarganya

D.  Fokus Masalah
Berdasarkan hasil wawancara, pengumpulan data dokumentasi serta observasi terhadap klien yang dirumuskan dalam hasil assessment; praktikan dapat merumuskan fokus masalah terhadap klien ”za” adalah ”Tidak diperolehnya dukungan sosial dari keluarga selama berada di panti”.

E.  Rencana Intervensi
1.    Dasar Pemikiran
Dasar pemikiran sebagai pedoman praktikan dalam melakukan intervensi selama berada di panti adalah :
a.    Dukungan sosial dapat dianggap sebagai sesuatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya. Dari keadaan tersebut individu akan mengetahui bahwa orang lain memperhatikan, menghargai, dan mencintainya. (Saronson, 1991)
b.    Orang yang memiliki banyak dukungan sosial cenderung untuk memiliki usia yang lebih panjang. Selain itu, juga relatif lebih tahan terhadap stress yang berhubungan dengan penyakit daripada orang yang memiliki sedikit dukungan sosial (Atkinson dalam Suhita, 2005)



2.    Tujuan Rencana Intervensi
a.    Tujuan Umum
1)   Mampu dan maksimal dalam mengikuti jadwal kegiatan-kegiatan selama di panti sehingga dapat mengalihkan kerinduan yang mendalam kepada  keluarganya
2)   Dapat melakukan  interaksi dengan baik serta menghindari konflik dengan masyarakat sekitar panti.
3)   Membekali diri dengan keterampilan kerja agar pada saatnya keluar dari mampu mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang ia miliki.
b.    Tujuan Khusus
1)   klien “za” bersemangat untuk menjalani setiap kegiatan-kegiatan di panti berupa bimbingan agama, bimbingan etika sosial, bimbingan fisik/olahraga, senam, bimbingan bahasa inggris, dan lain-lain sehingga klien tidak larut dalam kesedihan dan kerinduan kepada keluarganya khususnya ayah, ibu dan kakeknya
2)   Klien “za” mendapatkan dukungan sosial dari peer group-nya seperti ada yang menjadi tempat klien bercerita dan mengeluarkan keluh kesahnya selama berada di panti.
3)   Klien mendapat kasih sayang penuh dari pengurus panti agar dapat melepaskan kerinduannya untuk dapat bertemu dengan keluarga.
3.    Metoda dan Teknik
              Intervensi terhadap klien “za” dilakukan oleh praktikan dibantu pengurus  panti dan rekan-rekan  praktikan. Metoda yang akan digunakan adalah metoda pekerjaan sosial di dalam individu serta metoda pekerjaan sosial di dalam kelompok. Metoda tersebut menggunakan teknik-teknik pendekatan yang difokuskan pada intervensi terhadap individu yang bermasalah, keluarga dan peer group klien. Hal tersebut dimaksudkan agar intervensi praktikan dibantu pengurus panti dan rekan praktikan dapat mengatasi permasalahan yang ada, baik itu pada diri klien.

a.      Metoda Pekerjaan Sosial dengan Individu
              Metoda ini digunakan bertujuan untuk mengembangkan kepribadian pada diri “za” melalui motivasi diri yang dilakukan secara sadar dan melalui relasi individual antara klien dengan keluarga dan peer group-nya. Metode ini diterapkan dengan mengacu kepada asumsi dasar untuk memecahkan masalah klien “za” yaitu: “za” harus mendapatkan dukungan sosial keluarga seperti perhatian dari ayah, ibu dan kakeknya agar dapat kasih sayang penuh untuk mengetahui kondisi klien saat ini dan jika belum diperoleh maka klien mendapatkannya dari peer group-nya, peksos dan warga di lingkungan panti. Jika dukungan sosial yang diberikan kepada klien “za” tidak mengalami hambatan serius, maka sikap klien akan semakin tenang, tidak khawatir, dan dapat menjalani aktivitas-aktivitas di panti dengan lebih semangat dan maksimal.
       Adapun teknik-teknik yang digunakan dalam metoda pekerjaan sosial dengan individu dan keluarga dalam pelaksanaan intervensi terhadap klien “za” adalah sebagai berikut :
1.    Small Talk, teknik ini digunakan untuk menjalin keakraban antara klien “za” dengan praktikan. Tujuannya untuk mengawali kontak agar tidak terjadi kekakuan dan dengan harapan akan terciptanya hubungan yang akrab dan komunikasi yang baik untuk mempermudah kontak-kontak selanjutnya antara praktikan, klien, anak binaan panti dan lingkungan panti.
2.    Konseling, digunakan untuk meyakinkan klien bahwa semua orang memiliki motivasi, kemampuan, dan keinginan meningkatkan diri dan membiarkan klien memperoleh esensi masalah yang dialaminya yang membimbingnya untuk menentukan langkah-langkah positif untuk dapat memecahkan permasalahan yang dialaminya.
b.      Metoda Pekerjaan Sosial dengan Kelompok
            Pekerjaan sosial dengan kelompok adalah salah satu metoda pokok pekerjaan sosial yang bertujuan memberikan pelayanan kepada klien melalui kelompoknya. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari kegiatan-kegiatan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan, mencapai tujuan-tujuan dan memecahkan masalah-masalah.
            Kelompok digunakan sebagai media untuk mengubah atau membantu klien. Kebutuhan “za” akan dukungan sosial yang mempunyai peer group dapat dipenuhi melalui interaksi dalam kelompok dan terdapat kemampuan-kemampuan individu “za” yang dapat dikembangkan melalui kelompok.
            Adapun teknik-teknik yang digunakan dalam metoda Pekerjaan sosial dengan kelompok dalam pelaksanaan intervensi terhadap klien “za” adalah sebagai berikut :
1)   Latihan dinamika dalam kelompok, dengan mengembangkan permainan-permainan di dalam bekerja dengan kelompok, diharapkan “za” dapat memperoleh dukungan sosial dan kenyamanan ketika berada di dalam peer group-nya. Pekerja sosial yaitu praktikan sebagai fasilitator untuk mempersiapkan dan membimbing interaksi yang terjadi di dalam kelompok
2)   Hipnoterapi, dengan mengurangi dan mengatasi kegelisahan, kekhawatiran dan ketegangan yang dirasakan oleh klien dalam kelompok.
3)   Memberikan penguatan (reinforcement), praktikan dapat membantu klien untuk melakukan suatu perilaku tertentu yang diharapkan. Bentuk penguatan ini berupa penguatan dalam bentuk verbal seperti pujian kepada kelompok yang berhasil melakukan dinamika kelompok dengan baik. Penguatan bentuk lain adalah berupa penolakan atas perilaku rasa malas atau murung yang kadang ditampilkan oleh klien dalam kelompok.
    
4.    Indikator Keberhasilan
                   Indikator keberhasilan yang diharapkan terjadi pada klien ”za” dengan pelaksanaan intervensi:
1)   Klien menghadiri dan mengikuti setiap kegiatan yang dilaksanakan di panti baik berupa bimbingan agama, bimbingan etika sosial, bimbingan fisik/olahraga, bimbingan bahasa inggris, dan lain-lain yang telah terjadwal dari hari senin hingga jumat dengan aktif.
2)   Emosional klien lebih tenang ketika dilakukan wawancara.
3)   Klien lebih mencurahkan segala masalah yang dihadapinya dengan salah seorang peer group-nya yang dipercaya daripada menyendiri dan memendam sendiri masalahnya dengan bersikap murung dan gelisah.

F.  Pelaksanaan intervensi
                   Pelaksanaan pemecahan masalah praktikan berpedoman pada rencana intervensi yang telah dirumuskan. Pelaksanaan pemecahan masalah dilakukan melalui metoda casework  dan  groupwork. Proses pemecahan masalah klien yang dilakukan praktikan dapat diuraikan sebagai berikut:
a.         Penjalinan relasi
              Saat praktikan telah ditawarkan  klien oleh pekerja sosial maka penjalinan relasi juga mulai dilaksanakan. Sebagai langkah awal penjalinan relasi praktikan dibantu pekerja sosial sekaligus pembimbing di LKSAAL-IMRAN”. Small talk, teknik ini digunakan untuk menjalin keakraban antara klien “za” dengan praktikan. Hal ini dilakukan dari mulai awal praktikan bertemu sebagai kontak awal pada jam  4:00 wita, hari senin tanggal 9 November 2015 pada saat pelaksanaan dinamika kelompok. Tujuannya untuk mengawali kontak agar tidak terjadi kekakuan dan dengan harapan akan terciptanya hubungan yang akrab, relasi dan komunikasi yang baik untuk mempermudah kontak-kontak selanjutnya antara praktikan, klien, dan lingkungan panti. Praktikan meyakinkan klien untuk menganggap praktikan sebagai teman atau kakak. Mulai saat itu terjadilah kontrak antara klien dan praktikan.
              Pemberian alternatif solusi pemecahan masalah, membantu klien dalam mengatasi permasalahan baik itu menjangkau aksesibilitas lembaga pelayanan kesejahteraan sosial maupun pelayanan secara mandiri oleh klien.
b.         Konseling
              Konseling dilakukan dalam dua sesi yakni: sesi pertama adalah membantu klien dalam memahami perasaan-perasaan yang muncul saat ini seperti perasaan bersalah, marah, dan gelisah terhadap diri, peer group, dan keluarganya serta membantu klien dalam menemukan gambaran yang akurat apa yang terjadi dalam kehidupannya. Praktikan bertujuan juga untuk menenangkan klien dari rasa kesedihan, kerinduan yang mendalam, kecemasan, dan memberikan keberanian agar mampu mengungkapkan dirinya. Hal ini dilakukan tepatnya pada hari jumat tanggal 13 November 2015 pukul 14.30 di dalam ruang serba guna panti. Sesi kedua dilakukan pada hari sabtu tanggal 17 November 2015  pukul 16.00 di depan unit klien. Hal ini dilakukan dalam rangka mewujudkan kesepakatan mengenai tindakan  klien dalam  upaya  memecahkan  masalahnya terutama untuk kebutuhan klien akan dukungan sosial dari keluarganya yang ingin dijenguk dan diperhatikan sehingga klien menunjukkan adanya perubahan perilaku yang lebih aktif dan bersemangat mengikuti kegiatan-kegiatan selama di panti yang dilakukan pada tanggal 21 November 2015.
     Adapun tahapan konseling yang dilakukan oleh praktikan:
a.         Tahapan awal
ü  Pembukaan
Praktikan  mengawali dengan sambutan yang hangat dan  ramah, bahasa tubuh positif dengan sambil berdiri menawarkan kursi kepada klien untuk duduk agar klien merasa diterima dan tenang (rileks)
”Assalamu’alaikum, silahkan duduk dek”. ”Ambil posisi enak saja dek” 
ü  Penyampaian maksud dan tujuan konseling
Praktikan memanggil klien untuk mengikuti konseling setelah mendapat ijin dari pengurus panti.
”Saya memanggil adek untuk mendengarkan keluh kesah, masalah, dan tekanan-tekanan yang sedang adek hadapi atau rasakan dan mencoba menawarkan alternatif solusi yang dianggap cocok untuk membantu mbak mengatasi masalah tersebut”.  
ü  Memberi kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan dan masalahnya.
Praktikan menawarkan kepada klien untuk menyampaikan dan mengungkapkan apapun masalah atau hal-hal yang ingin diungkapkan.
”Silahkan dek, kalau ada hal atau  masalah yang  sedang  adek hadapi selama di panti yang ingin diceritakan”. ”insyaAllah saya akan merahasiakannya dari teman-teman mbak yang lain”. 
b.         Tahapan Inti
ü  Eksplorasi kondisi konseli
       Praktikan mencoba mengobservasi dan mengeksplorasi kondisi klien pada saat klien mengungkapan permasalahan atau tekanan yang dihadapinya.
Nampak ekspresi klien yang menyiratkan amarah, rasa kesal, dan penyesalan ketika menceritakan pengalaman masa lalunya yang tidak mendapat kasih sayang dari ayahnya, dipaksa menikah pada usia belia, mendapatkan perlakuan kasar dari suaminya, dan melakukan sensasi dengan menjajakan dirinya agar mendapat perhatian dari keluarganya.
“Saya marah banget kak. Seandainya kedua orangtua saya tidak bercerai nasib saya mungkin tak semalang ini, saya mungkin bisa merasakan kasih saying kedua orangtua’’
ü  Identifikasi masalah dan penyebabnya
Praktikan melakukan pendataan dari fokus masalah dan mencari tahu latar belakang terjadinya masalah klien.
1)        Klien tidak mendapatkan dukungan sosial dari keluarga selama di panti terbukti dengan t idak pernah dijenguk oleh keluarga disetiap jadwal kunjungan di panti.
2)        Klien mengungkapkan merasa rindu dengan ayah dan ibunya.
3)        Klien kadang merasa kesal dengan  kebiasaan  buruk beberapa teman di unitnya yang  kadang  membuat ribut dan mengotori unit setiap kali klien membersihkan.  
ü  Mengembangkan alternatif pemecahan
Praktikan memberikan beberapa alternative pemecahan masalah yang diharapkan klien kelak memilih dan mengimplementasikan.
1)        Klien mencoba mengalihkan rasa rindu dan untuk mendapatkan dukungan sosial yang tidak diperoleh dari keluarga dengan  menjalin interaksi yang baik dan harmonis dengan peer-group selama berada di panti.
2)        Rajin mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan di panti agar klien merasa lebih nyaman berada di panti asuhan al-imran.
3)        Mencurahkan setiap persoalan dan rasa marah dengan berbagi cerita dengan teman yang dipercaya dan kepada pekerja sosial yang menangani klien
c.         Tahap Akhir
ü  Konselor bersama klien membuat kesimpulan mengenai hasil proses konseling,
Praktikan bersama klien merumuskan bahwa klien membutuhkan dukungan sosial dari keluarga yang saat ini belum diperolehnya sehingga peer group, pekerja sosial, dan warga di lingkungan klien berada diharapkan dapat memberikan dukungan sosial selama klien berada di panti
ü  Membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya.
 Pada tahap akhir ditandai beberapa hal, yaitu ;
1)        Klien nampak sedikit lega dan tenang setelah mencurahkan segala masalah yang dirasakan dan dihadapinya.
2)        Klien berharap sekali ada keluarga yang dapat menjenguk walaupun cuma sekali
3)        Klien mengungkapkan harapan untuk bersatu kembali dengan keluarganya.








BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lembaga kesejahteraan sosial anak (LKSA) merupakan pusat rehabilitasi bagi anak yang berguna untuk melindungi anak dari kemungkinan terjadinya resiko sosial dan subsidi pemenuhan hak dasar untuk meningkatkan penyelenggaraan kesejahteraan sosial bagi anak yang diasuh melalui pengasuhan oleh keluarga dan melalui pengasuhan alternatif. Dalam melakukan bimbingan  terhadap  anak binaan tidaklah begitu mudah, perlu ada ketelatenan/keterampilan serta pengetahuan agar bisa menghadapi anak-anak binaan.
LKSA “Al-Imran” merupakan salah satu lembaga swasta yang ada di kabupaten gowa dibawah naungan Yayasan Wahyu Mandiri yang bertujuan untuk memenuhi kebuhan sosial sekaligus menjadi tempat rehabilitasi anak yatim piatu/anak terlantar. Dan, disinilah tempat kami melakukan praktikum. Didalam proses praktikum, kami menemukan beberapa masalah yang terdapat dalam panti. Dari berbagai masalah yang kami dapatkan sangatlah beragam, mulai dari sistem administrasi lembaga yang tidak terstruktur dengan baik, pembinaan anak-anak yang tidak maksimal, tidak terperogramnya perencanaan dalam pembinaan anak, kurangnya pendidikan karakter bagi anak, sampai ketua panti yang kurang bersosialisasi/berkomunikasi dengan anak panti sehinga, anak-anak merasa kurang mendapatkan pembinaan yang maksimal. Jadi, wajar saja kalau tata tertib yang sudah dibuat banyak pelanggaran di dalamnya.
Sebagai praktikan, permasalahan yang kami dapatkan sudah menjadi tugas kami untuk menyelesaikannya dengan melakukan beberapa pendekatan. Dalam proses assesment sampai tahap akhir penyelesaian yang kami lakukan, kami melakukan pendekatan dengan metode yang kami dapatkan dari ruang perkuliahan. Dengan melakukan pendekatan perorangan, kami melakukan metode case work, dan kelompok, maka kami lakukan pendekatan group work. Dengan mendapatkan informasi dari hasil wawancara dan bertanya langsung.
B. Saran
Dalam melakukan proses praktikum, mahasiswa diharapkan dapat mentransformasikan ilmu yang didapatkan di ruang perkuliahan dengan teori dan metode yang dimilikinya. Dengan bekal itulah kami melaksanakan praktikum ini dengan terjun langsung di lapangan. Akan tetapi, yang namanya praktikum awal tanpa pengalaman sebelumnya yang berhubungan langsung dengan anak, tentunya kami masih sangat bingun walaupun dibekali pula dengan buku pedoman praktikum yang membuat kami tidak tahu memulainya bagaimana. Saran kami untuk dosem pembimbing dan jurusan bahwa alangkah baiknya jika sebelum terjun langsung ke lapangan harus ada Pembekalan sebagai petunjuk apa yang semestinya harus dilakukan.
Sebelumya, kami mohon maaf jikalau dalam penyusunan laporan ini banyak ditemukan kekurangan. Karena format penyusunan laporan yang baik tidak diberikan kepada mahasiswa praktikum. Laporan ini kami buat hanya sesuai petunjuk dari buku pedoman tanpa diberikan format penyusunan yang jelas. Buku petunjuk praktikum hanya sebatas pedoman tanpa ada penjelasan yang jelas.
Untuk berlangsungnya praktikum selanjutnya, kami sangat megharapkan kepada dosen pembimbing dan jurusan agar persiapan sebelum ke lapangan harus benar-benar matang agar tidak terjadi kesimpangsiuran bagi praktikum.








DAFTAR PUSTAKA
UIN Alauddin Makassar. 2015. Buku Pedoman Praktikum mikro-makro. UIN Alauddin press. Makassar
Budhi Wibhawa, Santoso T. Raharjo dan Meilany Budiarti s. 2010. Dasar-Dasar Pekerjaan Sosial. Widya padjadjaran: Bandung.
Judy Baker and Deborah Hodes, 2007, The Child Mind: A Child Protection Handbook, United State of America: Routledge, hal. 3. 2.
Kementerian Sosial Republik Indonesia, 2011, Standar Nasional Pengasuhan untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak .
Undang-Undang Republik Indonesia No.4 Tahun 1979 pasal 2 ayat 1
Departemen Sosial Republik Indonesia
(Desember 2015)









L
A
M
P
I
R
A
N


Tidak ada komentar:

Posting Komentar